PENGARUH LINGKUNGAN
1.
SEBUTKAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN BAKTERI, JELASKAN SECARA SINGKAT
2.
PENGGOLONGAN MIKROBA
BERDASARKAN SUHU, PH, DAN KEBUTUHAN
OKSIGEN
3.
BAGAIMANA PENGARUH TEKANAN
OSMOTIK TERHADAP SEL MIKROORGANISME?
JAWABAN:
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik faktor biotik maupun abiotik.
1).
Faktor biotik
Di alam mikroba tidak dapat tumbuh dalam bentuk
kultur murni melainkan tumbuh bersama dengan mikroba lain dan membentuk suatu
hubungan yang saling mempengaruhi antar mikroba yang satu dengan lain. Hubungan yang terbentuk
dapat bersifat mutualisme, komensalisme, parasitisme, antagonisme, sinergisme,
dan kompetisi.
2). Faktor abiotik
a). Konsentrasi nutrien
Konsentrasi nutrien
sangat menentukan kecepatan transport nutrien ke dalam sel. Pada konsentrasi
rendah transport lebih sulit dilakukan sehingga mepengaruhi ketersediaan
nutrien di dalam sel.
b).
Temperatur
Temperatur mempengaruhi
pertumbuhan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka
terhadap temperatur.
c). pH
Enzim transpor elektron
dan sistem transpor nutrien pada membran sel mikroba sangat peka terhadap pH.
d). Tekanan osmosis
Konsentrasi zat terlarut
akan menentukan tekanan osmosis suatu larutan . Semakin tinggi konsentrasi zat
terlarut maka semakin tinggi pula tekanan osmosis larutan tersebut, demikian
pula sebaliknya. Tekanan osmosis mempengaruhi sel mikroba karena berkaitan
dengan ketersediaan air bagi sel mikroba. Mikroba yang tahan dengan tekanan
osmosis tinggi disebut dengan mikroba osmofilik, sedangklan mikroba yang tahan
dengan kadar garam tinggi disebut dengan halofilik.
e).
Oksigen (O2)
Banyak mikroba yang tidak dapat tumbuh bila tidak
tersedia O2 tetapi ada pula mikroba yang mampu tumbuh bila terdapat
O2 bebas. Berdasarkan keperluan atas O2, maka mikroba ada
yang bersifat aerob, anaerob, anaerob fakultatif serta aerofil.
f).
Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Cu, Zn, Li, Pb
walaupun pada keadaan yang sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroba
karena ion-ion logam berat akan bereaksi dengan gugusan senyawa selnya.
g).
Radiasi
Cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroba
yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Jika energi radiasi diabsorpsi oleh mikrioba akan
menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel.
h).
Bahan antimikroba
Antimikroba merupakan salah satu contoh
bakteriosida (bahan pembunuh bakteri). Bahan antimikroba ada yang memiliki
spektrum luas tetapi ada pula yang memiliki spektrum sempit. Efektifitas kerja
dari zat antimikroba dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain: ukuran dan
volume populasi mikroba, kadar air, panas, konsentrasi antimikroba, pH dan
kandungan bahan organik.
Kehadiran zat antimikroba akan dapat mengawali
terjadinya perubahan-perubahan yang menyebabkan kematian sel tersebut
diantaranya:
(1). Kerusakan pada dinding sel
Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara
menghambat pembentukkannya atau mengubahnya setelah selesai dibentuk.
(2). Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma
mengatur keluar masuknya baha-bahan tertentu ke dalam sel serta memelihara
integritas komponen-komponen seluler. Kerusakan pada membrane ini akan
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau menyebabkan kematian sel.
(3). Perubahan protein dan asam nukleat
Kelangsungan hidup sel sangat
tergantung pada molekul-molekul protein dan asam nukleat. Suatu
kondisi/substansi yang mengubah keadaan ini seperti mendenaturasi protein dan
asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Suhu tinggi dan
konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatka koagulasi (denaturasi)
irreversible (tidak dapat balik) komponen-komponen seluler yang penting.
(4). Penghambatan kerja enzim
Sejumlah enzim yang ada di dalam sel merupakan
sasaran bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat kimia yang dapat
mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya
metabolisme sehingga sel akan mati.
(5). Penghambatan
sintesis DNA, RNA, dan protein
DNA, RNA, dan protein
memegang peranan yang sangat penting di dalam proses kehidupan sel. Dengan
hadirnya zat antimikroba tersebut maka akan terjadi gangguan pada pembentukan
dan fungsi dari DNA, RNA, dan protein tersebut sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel.
NOMOR 2.
SUHU
Berdasarkan temperatur
minimum, optimum dan maksimumnya mikrobadapat digolongkan kedalam 3 kelompok
yaitu:
* Mikroba termofilik
(politermik): yaitu bakteri yang mampu tumbuh dengan batas temperature minimum
dan maksimum antara 400C sampai 800C sedangkan temperature optimumnya 550C sampai 650C.
* Mikroba mesofilik
(mesotermik): yaitu bakteri yang mampu tumbuh dengan batas temperatur antara 50C sampai 600C sedangkan temperature optimumnya antara 250C sampai 400C.
* Mikroba psikrofil
(oligotermik): yaitu bakteri yang mampu tumbuh pada temperature antara 00C sampai 300C, sedangkan untuk
temperature optimumnya antara 100C sampai 200C.
pH
Berdasarkan pH minimum,
optimum dan maksimum untuk pertumbuhannya, mikroba digolongkan kedalam:
(1). Mikroba asidofilik:
pH antara 2,0-5,0
(2). Mikroba mesofilik:
pH antara 5,5-8,0
(3). Mikroba alkalifilik: pH
antara 8,4- 9,5
Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
1.
Bakteri aerob obligat,
yaitu kelompok bakteri yang memerlukan gas oksigen dalam proses
respirasinya. Contoh: Acitenobacter baumanii (penyebab infeksi saluran
pernapasan).
2.
Bakteri anaerob fakultatif,
yaitu bakteri yang membutuhkan gas oksigen, namun masih dapat hidup
tanpanya. Contoh: Escherichia coli (ditemukan pada usus manusia).
3.
Bakteri anaerob obligat,
yaitu bakteri yang tidak membutuhkan gas oksigen karena dapat merusak
selnya. Contoh: Clostridium tetani (bakteri penyebab tetanus).
4.
Bakteri anaerob aerotoleran,
yaitu bakteri yang tidak menggunakan oksigen, namun masih dapat hidup di tempat
yang mengandung oksigen. Contoh: Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
Iactis digunakan dalam industri pembuatan yoghurt dan keju.
5.
Bakteri mikroaerofilik,
yaitu jenis bakteri yang menggunakan oksigen untuk respirasi, tapi hanya dapat
hidup dengan konsentrasi oksigen yang rendah. Contoh: Campylobacter fetus
(penyebab aborsi spontan pada hewan ternak).
NOMOR 3
Pengaruh Tekanan Osmotik
Terhadap Pertumbuhan Mikroba
Tekanan osmose sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah (Pratiwi, 2009).
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan mikroba dapat dikelompokkan menjadi: (1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi. Contohnya adalah khamir. (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi. Contohnya yaitu Halobacterium. (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 % (Hamid, 2009).
Tekanan osmose sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah (Pratiwi, 2009).
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan mikroba dapat dikelompokkan menjadi: (1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi. Contohnya adalah khamir. (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi. Contohnya yaitu Halobacterium. (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 % (Hamid, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar